Perkembangan Islam di Mali

Masuk dan Perkembangan Islam di Mali
Tugas Individu
(SPI KAWASAN AFRIKA)
Disusun oleh :
Achmad Fathoni     (14420001)


Pendahuluan
     Afrika berasal dari bahasa latin yaitu Africa terra — "tanah Afri" (bentuk jamak dari "Afer") — untuk menunjukkan bagian utara benua tersebut, saat ini merupakan bagian dari Tunisia, tempat kedudukan provinsi Romawi untuk Afrika. Asal kata Afer berasal dari bahasa Fenisia, 'afar berarti debu; atau dari suku Afridi, yang mendiami bagian utara benua dekat Kartago; atau dari bahasa Yunani “aphrike” berarti tanpa dingin; atau dari bahasa Latin“aprica” berarti cerah.
Afrika merupakan benua raksasa kedua  terbesar di dunia setelah Asia yang penuh dengan keanekaragaman budaya. Demikian luasnya Afrika sehingga bisa diumpamakan jika ditumpangkan oleh negara Amerika Serikat, Eropa, India, dan Jepang maka akan tetap masih banyak tanah yang tersisa. Panjang Afrika dari utara ke selatan sekitar 8.050 km dan jarak kedua titik terlebarnya lebih dari 7.400 km dari timur sampai ke barat.
    Benua Afrika jika di amaati, mempunyai lahan yang penuh dengan hutan beruap dan lembab, padang pasir yang kering, dan mempunyai hutan rimba belantara tropis. Benua Afrika juga merupakan benua yang penuh dengan perbukitan yang puncaknya dikelilingi salju abadi, sabana yang berangin, hujan kabut dingin, dan malam beku yang mencekam.
Afrika mempunyai lima daerah yaitu daerah utara, timur, barat, dan selatan. Terkhusus di bagian barat Afrika yang terdiri atas Mali, Burkina, Nigeria, Pantai Gading, Guinea, Senegal, Mauritania, Benin, Togo, Kamerun, Guinea-Bissau, Sao Tome dan Principe, Guinea Ekuatorial, Sahara Barat, Liberia, Sierra Leone, Gambia, Ghana, dan Nigeria. Seluruh kawasan ini dapat dilhat secara fisik bahwa daerah ini terdiri dari atas jalur hutan hujan tropis sepanjang pantai. Daerah pedalamannya adalah tanah tinggi sabana, yang disana terdapat plato (dataran tinggi). Daerah hutannya bericirikan rawa bakau serta pohon palem dan kelapa.
     Afrika merupakan daerah yang berada di bawah kekuasaan kaisar Romawi, yaitu sebuah kaisar yang super power pada masa itu. Dalam sejarah peradaban dunia, kaisar-kasiar Romawi dikenal sebagai penguasa yang kejam, zalim, dan berdarah penjajah. Namun pada kenyataannya, justru Islam dapat berkembang di Afrika dan Populasi penduduk muslim mencapai 75 juta dari 500 juta populasi umat Islam dunia. Salah satu Islam yang berkembang hingga sekarang adalah Afrika Barat yang berada di Mali dan Niger.
     Mali dan Niger adalah dua negara yang bertetangga sangat dekat, mempunyai penduduk muslim terbesar, masing-masing 90% dan 80%. Dua negara tersebut mempunyai jumlah penduduk asli Afrika terbesar yaitu mendekati 85%. Kesamaan lain yang menonjol adalah, baik Mali ataupun Niger pernah dijajah Perancis, dan mendapatkan kemerdakaan pada tahun yang sama, yaitu tahun 1960 M. Islam berkembang di Mali dan Niger sejak abad ke-10 melalui perdagangan baik berasal dari Aljazair, Sudan, Libya, dan Mesir. Sehingga banyak suku-suku yang memeluk Islam dan seterusnya  berkembang menjadi kerajaan-kerajaan kecil maupun besar.
     Berkaitan dengan hal diatas tentang daerah Afrika yang berada di Barat terkhususnya di Mali, maka dari itu, makalah ini akan membahas tentang Perkembangnya Islam di Mali



Pembahasan
Masuknya Islam di Mali
     Pengaruh Islam di Mali dimulai sejak abad ke-15 ketika Al-Bakri menyebutkan bahwa penguasa-penguasa disana mulai memeluk agama Islam. pada masa tersebut terjadi kekeringan yang luar biasa yang berakhir setelah masyarakat disana mulai melakukan kegiatan sholat. Kekaisaran Mali muncul dari reruntuhan kekaisaran Ghana. Ada dua nama penting dalam sejarah Islam di Mali: Sundiata (1230-1255 M) dan Mansa Musa (1312-1337 M). Sundiata adalah pendiri Kekaisaran Mali tapi dia adalah seorang Muslim yang tidak taat akan ajaran Islam, karena dia mempraktekkan Islam dengan praktik sinkretis dan sangat tidak disukai oleh para ulama. Sebaliknya, Mansa Musa adalah seorang Muslim yang taat dan dianggap sebagai arsitek sesungguhnya dari kekaisaran Mali. Hingga saat Sundiata meninggal pada tahun 1255, sebagian besar bekas wilayah kekuasaan dari kekaisaran Ghana telah berada di bawah kekuasaan kekaisaran Mali. Setelah Sundiata wafat kekuasaan di teruskan oleh Mansa Uli (1255-1270 M) yang telah melakukan Haji ke Makkah.
      Saat Mansa Musa berkuasa pada 1312 M, nama besarnya menyebar hingga ke luar Sudan, Afrika Utara dan menyebar ke Eropa. Mansa Musa memerintah dari tahun 1312 sampai 1337 M dan pada tahun 1324-25 M dia melakukan Haji ke Mekkah. Ketika kembali dari Haji, dia membawa serta sejumlah besar cendekiawan Muslim dan arsitek yang membangun lima masjid untuk pertama kalinya dengan batu bata yang dipanggang. Jadi Islam mendapat dorongan terbesarnya selama pemerintahan Mansa Musa. Banyak ilmuwan sepakat bahwa karena keterikatannya terhadap Islam, Mansa Musa bisa mengenalkan gagasan baru ke pemerintahannya. Wisatawan terkenal dan sarjana Ibn Batutah datang ke Mali pada masa pemerintahan Mansa Sulaiman (1341-1360 M), dan memberikan laporan yang sangat bagus tentang pemerintahan Mali dan kemakmuran ekonominya, serta warisan kebijakan Mansa Musa. Haji Mansa Musa memproyeksikan kekayaan dan potensi Mali yang sangat besar yang menarik perhatian banyak pedagang dan ilmuwan Muslim. Para ilmuwan dan pedagang Muslim ini ikut memberikan berkontribusi pada perkembangan budaya dan ekonomi di Mali.
       Di era kepemimpinan Mansa Musa, Kekaisaran Mali mengalami masa keemasan. Pada 1325 M, Timbuktu mulai dikuasai Kaisar Mali, Mansa Mussa (1307-1332). Raja Mali yang terkenal dengan sebutan Kan Mussa itu begitu terkesan dengan warisan Islam di Timbuktu, salah satunya Mansa Mussa membangun istana kerajaannya di Timbuktu dan membangun masjid di Djenne dan Masjid Agung di Gao 1324-1325 M. Masjid ini kini hanya tersisa pondasinya saja. Kerajaan Mali tersebut mulai dikenal di seluruh dunia ketika Sultan Musa menunaikan ibadah haji di Tanah Suci, Makkah pada 1325 M. Sebagai penguasa yang besar, dia membawa 60 ribu pegawai dalam perjalanan menuju Makkah. Hebatnya, setiap pegawai membawa tiga kilogram emas. Itu berarti dia membawa 180 ribu kilogram emas. Saat Sultan Musa dan rombongannya singgah di Mesir, memnbuat mata uang di Mesir langsung anjlok.
      Perjalanan yang dilakukan sultan Mansa Musa membuat Mali dan Timbuktu mulai masuk dalam peta pada abad ke-14 M. Kesuksesan yang dicapai Timbuktu membuat seorang kerabat Sultan Musa, Abu Bakar II, menjelajah samudra dengan menggunakan kapal. Abu Bakar dan tim ekspedisi maritim yang dipimpinnya meninggalkan Senegal untuk berlayar ke Lautan Atlantik. Pangeran Kerajaan Mali itu kemungkinan merupakan penemu benua Amerika. Hal itu dibuktikan dengan keberadaan bahasa, tradisi, dan adat Mandika di Brazil.

Perkembangan Islam di Mali
     Pada perkembangannya Islam di Mali salah satunya di jalur perdagangan, transaksi yang di lakukan oleh pedagang tidak hanya pada barang-barang dagangan saja. Pedagang muslim juga membawa ajaran Agama Islam selain membawa barang dagangan mereka. Sambil bertransaksi emas dan garam, dakwah Islam juga gencar dilakukan. Dari tahun 700-an dan seterusnya, Islam perlahan mulai memiliki basis di Sahel Afrika Barat. Awalnya negara-negara  non muslim dari Afrika Barat mencoba menghambat penyebaran Islam. Mereka mengupayakan agar Islam tidak masuk di komunitas-komunitas besar dengan cara memisahkan umat Islam dengan komunitas tersebut. Namun upaya itu tidak berarti banyak, Islam semakin diterima masyarakat dan negara-negara muslim pun mulai bermunculan.
     Dampak yang paling signifikan dari program Mansa Mussa di Mali adalah kerajaan tersebut tumbuh sebagai pusat pengetahuan. Ilmu pengetahuan dan peradaban Islam tumbuh sangat pesat di kota Timbuktu. Rakyat di wilayah tersebut sangatlah gemar membaca buku hingga permintaan buku di Timbuktu tergolong sangat tinggi. Setiap orang berlomba-lomba membeli dan mengkoleksikan buku. Sehingga, para pedagang buku di kota tersebut keuntunannya jauh lebih besar di bandingkan bisnis yang lain. Sejak abad ke-11 M, Timbuktu mulai menjadi pelabuhan penting dan tempat beragam barang dari Afrika Barat dan Utara ditukar dengan emas. Salah satunya adalah garam yang merupakan produk yang amat bernilai di kota Timbuktu. Kemakmuran kota itu menarik perhatian para sarjana berkulit hitam, pedagang kulit hitam, dan saudagar Arab dari Afrika Utara. Saat ini Mali merupakan negara yang mayoritas pendudukanya Islam dan sangat toleran kepada pemeluk agama lain. Bahkan perbedaan agama di dalam satu keluarga tidak terlalu menjadi masalah di sana. Mereka juga saling menhadiri perayaan hari besar agama. Selain itu, tidak ada pembatasan peran wanita di negara tersebut.
     Sejak abad ke-13 M dan seterusnya, Timbuktu merupakan pusat perdagangan dunia Islam serta pusat budaya, pendidikan, dan keagamaan yang penting. Pada akhir abad ke-16 M, Timbuktu jatuh ke tangan para penyerang Maroko. Sejak saat itu, Timbuktu perlahan-lahan menjadi kehilangan arti penting kota tersebut. Namun anehnya, kebesaran dan misteri dari kota Timbuktu tetap berlanjut. Pada tahun 1827, seorang bangsa perancis, Rene Auguste Caillie, memulai pertualangan panjang dan sulit di Mali. Dia mendapatkan bahwa kota bersejarah Timbuktu ini tinggal berupa kota kecil yang dipanggang oleh matahari dengan rumah-rumah dari tanah lumpur. Hingga kini kota tersebut masih ada dan kafilah unta tetap masih menganggkut garam dari Taoudeni ke Timbuktu.
Karena Mali menjadi pusat pengetahuan di Afrika Barat, Islam pun memiliki tempat istimewa dalam kehidupan masyarakat setempat. Lumrah, orang-orang biasa bisa menjadi pribadi yang berpendidikan, baik di bidang agama maupun ilmu-ilmu dunia.













DAFTAR PUSTAKA


Internasional, Glorier. Negara dan Bangsa jilid 1. Jakarta: Widyadara, 2003.
Siti Maryan, dkk. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern.Yogyakarta: LESFI, 2004.

Website

“Afrika”, diakses pada tanggal 10 Maret 2017 dari https://id.wikipedia.org/ wiki/Afrika.
Chamzawi, “Islam di Mali dan Niger”, diakses pada tanggal 17 Juni 2017 dari https://chamza wi.wor dpress.com/2008/07/26/islam-di-mali-dan-niger/
https://en.wikipedia.or g/wiki/Al-Bakri
Islam house, “Spread of Islam in West Africa”, diakses pada tanggal 15 Juni 2017 dari https://d1.islamhouse.com/data/en/ih_articles/single2/en_Spread_of_Is lam_i n_West_Africa.pdf
Nurcholis, “Perkembangan Islam dan Peradabannya Di Afrika Selatan dan Afrika Barat“, diakses pada tanggal 15 Juni 2017 dari http://sejarahperadabanislamafrika.blogspot.co.id/20 16/06/perkembangan-dan-peradaban-islam di.html
Kisah Muslim, “Sejarah Mali: Emas Di Tengah Gurun Pasir“ diakses pada tanggal 16 Juni 2017 dari http://kisahmuslim.com/4576-sejarah-mali-emas-di-tengah-gurun-pasir.html
Ismah Febriyanti, “Proses Masunya Islam di Mali” diakses pada tanggal 16 Juni 2017 dari http://ismahfebriyanti.blogspot.co.id/2013/07/proses-masuknya-islam-di-mali_4.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Historiografi

Makalah Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib

Perkembangan Kebudayaan Islam di Pakistan