Pemikiran Al-Biruni

PENDAHULUAN
Latar Belakang

     Kata ”historiografi”merupakan gabungan dari dua kata, yaitu History yang berarti sejarah dan grafi yang berarti deskripsi/penulisan. History berasal dari kata benda Yunani “Istoria” yang berarti ilmu. pada perkembangan selanjutnya lebih banyak digunakan untuk pemaparan mengenai gejala-gejala, terutama tentang keadaan manusia, dalam urutan kronologis. Sedang ”History” berarti arti masa lampau umat manusia.
      Para sejarawan muslim, mereka berusaha merekam setiap peristiwa penting yang terjadi, dan mereka senantiasa eksis dengan masalah-masalahrelevan untuk dikaji yang mereka suguhkan. Karena itu mempelajari, menelaah danmerenungkan masalah-masalah yang mereka kemukakan tetap urgen terutama dalamrangka menanggulangi problem nyata yang kita hadapi. Ide-ide para sejarawan dan pemikir muslim, seperti, Ibnu Ishaq, at-Thobari, al Mas’udi, al-Biruni dan Ibnu Khaldun, serta parasejarawan lainnya. Pemikiran mereka dengan konpleksitasnya telah berusia berabad-abad,namun tetap saja eksis untuk dikaji dan diteliti, maka dalam makalah ini, akan membahas biografi dari tokoh terkenal dan besar di kalangan para ilmuwan yaitu Abu Rayhan Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi (al-Biruni) beserta karya-karya dari Al-Biruni tersebut.

Rumusan Masalah
Bagaimana Biografi Al-Biruni?
Apa saja Karya-karya Al-Biruni?


PEMBAHASAN
Biografi Al-Biruni

    Nama lengkapnya adalah Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi. Dia lahir di Khawarizm, Turkmenia pada bulan Dzulhijjah 362 H/September 973 M dan meninggal dunia di Ghazna pada bulan Rajab 448 H/13 Desember 1048 M. Pada masanya dia termasuk salah seorang sarjana muslim terbesar. Ia menguasai ilmu-ilmu sejarah, matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu bahasa geologi, geografi, dan filsafat. Dia adalah seorang yang terkenal banyak mengarang dan menerjemahkan karya-karya tentang kebudayaan India ke dalam bahasa Arab, dengan menambahkan pada keterangan, latar belakang, dan unsur-unsur baru padanya.
    “Al-Biruni” adalah julukan yang diberikan kepadanya. Dalam bahasa Khawarizmi, kata “Biruni” berarti orang asing. Ada dua pendapat tentang alasan mengapa ia dijuluki demikian karena dia, meskipun berasal dari Khawarizmi, dia bermukim disana hanya sebentar, karena ini sering mengembara. Karena dia sering meninggalkan kota kelahirannya itu, maka ketika ia kembali ke sana, dia dijuliki sebagai “al-Biruni”, orang asing. Pendapat kedua, menyebutkan bahwa sebab ia dijuliki demikian karena dia pertama-tama tinggal di salah satu daerah di Khawarizmi yang banyak di huni orang asing (pendatang). Pendapat kedua ini dipandang oleh Abu al-Futuh sebagai pendapat yang paling kuat. Disamping itu ada juga yang menyatakan bawha dia dijuluki demikan karena dia menetap cukup lama di Birun, sebuah negeri yang terletak dekat sungai Sind, di India.
    Al-Biruni dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, al-Biruni tumbuh dan besar dalam lingkungan yang mencintai ilmu pengetahuan. Meskipun tidak banyak diketahui tentang masa mudanya, termasuk pendidikan formalnya, namun ulama yang tawadhu ini dikenal amat mencintai ilmu dan gemar membaca dan menulis sejak remaja. Tidak heran ketika beliau di usia muda beliau tersohor sebagai seorang ahli di banyak bidang ilmu. Ketika berusia 17 tahun, beliau meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari. Dengan cara ini ia dapat menyimpulkan garis lintang dari permukaan bumi 4 tahun kemudian. Kemudian ia telah membangun sebuah lingkaran besar yang terbagi (kira-kira pada diameter 15 kubit) dan ia telah membuat rencana untuk menentukan garis lintang pada beberapa tempat.
    Ketika berusia 22 tahun, beliau menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar.
Al-Biruni dalam bukunya Badri Yatim disebutkan sebagai seorang yang sangat gemar membaca dan menulis, yang sebagian besar kehidupannya digunakan untuk ilmu, dan bahkan dia seolah-olah mengabaikan kehidupan materialnya demi menuntut ilmu.Argumen tersebut diperkuat oleh al-Yaqut yang  pernah menulis dalam Mu’jam al-Udaba’, “Tangan al-Biruni tidak pernah terpisah dari pena, matanya tidak pernah tidak melihat, hatinya tidak pernah tidak berpikir, kecuali dua hari raya Nayruz dan Mahrajan dalam setahun.”
    Al-Biruni tumbuh dewasa dalam situasi politik yang kurang menentu. Ketika berusia 20 tahun, Dinasti Khwarizmi digullingkan oleh Emir Ma’mun Ibnu Muhammad dari Jurjan. Saat itu, al-Biruni meminta perlindungan dan mengungsi di Istana Sultan Nuh Ibnu Mansur.
Pada 998 M, Sultan dan Al-Biruni pergi ke Jurjan di Laut Kaspia. Setelah pindah ke Jurjan dan beberapa lama tinggal di sana, kecerdasan dan penguasaan al-Biruni terhadap berbagai ilmu sudah menonjol. Oleh karena itu para penguasa Jurjan banyak memperhatikan dan menghormatinya. Penguasa Jurjan ketika itu adalah seorang yang sangat menyukai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penguasa itu meminta al-Biruni untuk menulis. Selamat tinggal di Gurgan, al-Biruni menyeleseikan salah satu karyanya The Chronology of Ancient Nations. Sekira 11 tahun kemudian, dia kembali ke Khwarizmi.
    Sekembalinya dari Jurjan, al-Biruni menduduki jabatan terhormat sebagai penasihat sekaligus pejabat istana bagi pengganti Emir Ma’mun. pada 1017, situasi politik kembali bergolak menyusul kematian anak kedu Emir Ma’mun akibat pemberontakan. Khawarizmi pun diinvasi oleh Mahmud Ghazna pada 1017. Mahmud lalu membawa para pejabat istana Khwarizmi untuk memperkuat kerajaanya yang bermarkas di Ghazna, Afghanistan. Al-Biruni adalah seorang ilmuwan dan pejabat istana yang ikut diboyong. Selain itu, ilmuwan lainnya yang dibawa Mahmud ke Ghazna adalah matematikus, Ibnu Iraq, dan seorang dikter, Ibnu Khammar. Al-Biruni kemudian dikirim ke daerah dekat Kabul di mana ia mendirikan observatorium.
    Sejarah mencatat, Al-Biruni sebagai sarjana Muslim pertama yang mengkaji dan mempelajari tentang seluk beluk India dan tradisi Brahminical. Dia sangat intens mempelajari bahasa, teks, sejarah, dan kebudayaan India. Kerja keras dan keseriusannya dalam mengkaji dan mengeksplorasi beragam aspek tentang India, Al-Biruni pun dinobatkan sebagai ‘Bapak Indologi’ — studi tentang India. Tak cuma itu, ilmuwan dari Khawarizm, Persia itu juga dinobatkan sebagai ‘Bapak Geodesi’.
Di era keemasan Islam, Al-Biruni telah meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuwan tertua yang berhubungan dengan fisik bumi. Sebagai ilmuwan yang menguasai beragam ilmu, Al-Biruni juga menjadi pelopor dalam berbagai metode pengembangan sains. Sejarah sains mencatat, ilmuwan yang hidup diera kekuasaan dinasti Samanid itu merupakan salah satu pelopor metode saintifik eksperimental. Dialah ilmuwan yang bertanggunag jawab memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu mekanik. Al-Biruni juga tercatat sebagai seorang perintis psikologi eksperimental.
Al-Biruni merupakan saintis pertama yang menelaborasi eksperimen yang berhubungan dengan fenomena astronomi sumbangan yang dicurahkanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan sungguh tidak ternilai. Al-Biruni pun tidak hanya menguasai beragam ilmu seperti fisika, Antropologi, psikologi, kima, astrologi, sejarah, geografis, geodesi, matematika, farmasi, kedokteran dan filsafat, tetapi juga turut memberikan kontribusi yang begitu besar bagi setiap ilmu yang dikuasainya dengan menjadi seorang guru yang sangat dikagumi para muridnya.
Karya-Karya Al-Biruni
   Karyanya sangat banyak, tidak kurang dari 180 buku. Namun, hanya sebagian kecil saja yang sampai ke tangan generasi sekarang. Diantara yang sudah ditemukan adalah (1) al-Atsar al-Baqiyah ‘an al-Qurun al-Khaliyah (Peninggalan abad-abad masa lalu). Buku ini adalah karyanya yang terkenal dan terpenting. (2) Tahqiq mali al-Hind min Maqulah fi al-Aql aw Mardzulah. Buku ini dikenal dengan nama lain, yaitu al-Hind al-Kabir. Secara ilmiah, buku ini tidak kalah pentingnya dari karya pertama. (3) al-Qanun al-Mas’udi, dalam bidang astronomi. (4) (al-Shaydanab) al-Syaydalah. (5) al-jamahir fi Ma’rifat al-Jawahir. (6) al-Tahfim fi al-Tanjim (memahami Astronomi) yang diterbitkan dengan terjemahan bahasa Inggris tahun 1934.
Tulisan al-Biruni tersebar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Terjemahannya dari buku-buku India ke dalam bahasa Arab begitu banyak. Bahkan, dia pernah menerjemahkan buku terjemahan Arab dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Sangsakerta. Sayangnya, sebagian besar karangannya telah hilang.
    Dia meninggalkan tiga buku karangan yang sangat bagus. Pertama, buku al-Atsar al-Baqiyah min al-Quran al-Khaliyah. Berisi hadis-hadis tentang bangsa, agama-agama, serta adat istiadat berbagai bangsa berikut hari raya dan sejarah mereka. Kedua, buku al-Qanun al-Mas’udi, berisi semua ilmu astronomi dan sejarah mereka. Ketiga, buku Tahqiq ma li al-Hind min Maqulah, berisi uraian mengenai kehidupan madani dan intelektual di India. Materi dan uraian ilmiah buku ini tidak pernah didapatkan dalam buku-buku ilmiah Arab, khususnya ketika dia mampu melampaui batas-batas fanatisme kesukuan dan agama. buku ini merupakan hasil jerih payahnya selama tiga belas tahun yang dihabiskannya di India sambil mempelajari bahasa Sansakerta, sastra India, serta kehidupan orang Hindu dan adat istiadatnya.
    Selain ketiga karya tersebut, karya albiruni yang dapat dijumpai hingga sekarang antara lain, (al-Syaidanah) al-Syaidalah, al-Jamahir fi Ma’rifat al-Jawahir, al-Tafhim fi al-Tanjim (memahami astronomi) Kitab al-Usthurlah, al-Isti’ab li al-Wujuh al-Mumkinah fi Shina’ah al- Utshurlah, al- Kusuf wa al-Khusuf ‘ala al-Khayal al-Hunud, al-Hauy, Maqalid Ilm al-Hayah, dan Tahdid Nihayah al-Amakin.Sebagian dari karya yang disebutkan sudah ada yang diterjemahkan kedalam bahasa Jerman, latin, dan Ingris.
    Al-Biruni, selain menulis juga menerjemahkan berbagai karya India kedalam bahasa Arab, ia juga pernah menerjemahkan buku terjemahan bahasa Arab dari bahasa yunani ke dalam bahasa sansakerta, hanya saja sebagian besar karya dan hasil terjemahannya telah banyak yang hilang.
Suatu hal yang khas dari seluruh karya al-Biruni menurut Effat al-Sharqawi ialah selalu menjaga rangkaian yang logis dan persoalan-persoalan yang dikemukakannya, disertai pendahuluan yang menarik yang dapat memudahkan pembaca menangkap dan memahami pemikirannya.



PENUTUP
Simpulan

    Nama lengkapnya adalah Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi. Dia lahir di Khawarizm, Turkmenia pada bulan Dzulhijjah 362 H/September 973 M dan meninggal dunia di Ghazna pada bulan Rajab 448 H/13 Desember 1048 M. Pada masanya dia termasuk salah seorang sarjana muslim terbesar. Ia menguasai ilmu-ilmu sejarah, matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu bahasa geologi, geografi, dan filsafat.
    Ada dua pendapat tentang alasan mengapa ia dijuluki demikian karena dia, meskipun berasal dari Khawarizmi, dia bermukim disana hanya sebentar, karena ini sering mengembara. Karena dia sering meninggalkan kota kelahirannya itu, maka ketika ia kembali ke sana, dia dijuliki sebagai “al-Biruni”, orang asing. Pendapat kedua, menyebutkan bahwa sebab ia dijuliki demikian karena dia pertama-tama tinggal di salah satu daerah di Khawarizmi yang banyak di huni orang asing (pendatang).
Karya-karya yang dihasilkan oleh al-Biruni yang sangat bagus yaitu: Pertama, buku al-Atsar al-Baqiyah min al-Quran al-Khaliyah, Kedua, buku al-Qanun al-Mas’udi, , Tahqiq ma li al-Hind min Maqulah, dan masih banyak lagi karya-karya yang lain yang menarik.





DAFTAR PUSTAKA


A. Amin, Husyain. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006.
Ahmad, Riaz. “Al-Biruni: A Great Muslim Scientist, Philosopher and Historian”.
Erni, Setyaningsih. “Kontribusi Abu Al-Rayhan Muhammad Ibn Ahmad Al-Biruni (Al-Biruni) Dalam Trigonometri”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015.
http://dka3maju.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 20 oktober 2016
http://info-biografi.blogspot.co.id/2010/04/biografi-al-biruni.html, diakses pada tanggal 20 Oktober 2016
http:/www.kompasiana.com/roesdy/historiografi-islam-al-biruni-363-448-h, diakses pada tanggal 20 Oktober 2016
https://id.scribd.com/document/45969310/Historiografi-Islam-Muqaddimah-Ibn-Khaldu, diakses pada tanggal 20 Oktober 2016. 
https://www.gaulislam.com/al-biruni-ilmuwan-pendiri-tiga-ilmu, diakses pada tanggal 20 Oktober 2016.
Yatim, Badri. Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Historiografi

Makalah Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib

Perkembangan Kebudayaan Islam di Pakistan